Rabu, 18 Mei 2011

Asistensi, ‘Bunga’ dan ‘Budi’, serta Secangkir Teh Pekat Dingin…

Sebenarnya timbangan badan saya tidak perlu menyentuh angka 5 andaikata setiap pagi saya rela menyisihkan sebagian nafsu indera pengecap dengan “hanya” menikmati secangkir teh pekat hangat dan sepotong pisang bakar beroles sedikit mentega seperti pagi ini. Hangat, nikmat, dan tentu saja manis :) . Bukan tanpa alasan sebenarnya saya meluangkan sedikit waktu untuk membakar sepotong pisang tanduk kiriman tetangga ini. Saya rindu pisang bakar Tahura (Taman Hutan Raya, Dago Pakar). Jajanan sederhana dengan kenikmatan yang sempurna di lidah saya.   4000 rupiah saja untuk sepotong pisang besar yang dibakar utuh dengan kulitnya, beserta sepiring kecil gula aren sebagai cocolan. Sepadan untuk paket yang sebenarnya priceless menurut saya. Terbukti beberapa saat setelah itu, tanpa kelelahan saya melanjutkan jalan kaki 3 km selanjutnya menuju Maribaya (mengkambing hitamkan sepotong pisang untuk sebuah pencapaian positif itu sah sah saja,bukan?). 

Mungkin deskripsi kerinduan saya akan pisang bakar ini terlalu panjang mengingat Tahura dan tracknya harus jadi edisi khusus tersendiri di blog ini. Tapi, ya kira-kira begitulah motif utama keberadaan teman teh pekat saya pagi ini. Teh pekat yang muncul tak sengaja karena saya terlalu lama menyelupkan kantung tehnya, bukan karena saya butuh obat diare. :P. Alhasil takaran gula yang saya tuangkan pun jadi berlebih. Itulah gunanya Tuhan menciptakan tebu untuk diekstraksi menjadi gula, bukan? Agar bisa menetralisir pahitnya hidup?*Ha..ha..ha…*

Day maker saya pagi ini ternyata bukan hanya secangkir teh pekat dan pisang bakar, tapi juga ‘Bunga’ dan ‘Budi’  (bukan nama sebenarnya) yang saya pelototi dengan seksama di layar kaca. ‘Bunga’ jadi tamparan keras saya pagi ini yang begitu ciut menghadap pembimbing hari ini hanya untuk  sebuah asistensi thesis tugas akhir. Betapa tidak, ‘Bunga’ yang tinggal di sebuah desa terpencil  di Subang ini, harus berjalan kaki sejauh 7 km untuk ke sekolah setiap harinya. 7000 meter ini juga bukan jalan lurus beraspal, tapi pematang sawah, aliran sungai sedalam lutut orang dewasa,dan  jalan becek berlumpur. Tidak heran kalau ‘Bunga’ tiba di sekolah dengan tubuh sudah sepertiga basah dan kotor. Belum berhenti sampai disana, karena setelah  pulang sekolah (berarti 14 km jarak pulang pergi) ‘Bunga’ masih harus mengumpulkan uang untuk bayaran sekolah dari hasil memberi makan ayam dan kambing TETANGGAnya dengan upah Rp. 500,- /HARI (BACA: setengah nominal rata-rata biaya buang hajat di toilet umum di Bandung). *PLAKK*. ‘Tamparan’ pertama mendarat mulus di pipi saya. 

Lain ‘Bunga’ lain juga ‘Budi’ (bukan pula nama sebenarnya), ayah dua anak ini ikhlas menempuh belasan kilometer tanpa alas kaki untuk belajar membaca di sebuah kelas beratap langit di tengah hutan Kalimantan. Keinginannya cuma satu, bukan untuk mengubah keadaan ekonomi keluarga, Ia hanya ingin melek huruf agar kelak dua anaknya yang saat ini masih kecil-kecil ada yang mengajari membaca. Usaha luar biasa untuk sebuah harapan yang begitu sederhana. *PLAKK PLAKK*.  Kali ini yang ‘sakit’ bukan pipi, melainkan ulu hati saya. 

Seketika saya meletakkan cangkir teh pekat yang masih setengah isi di meja untuk mengirim pesan singkat pada dosen perihal permohonan untuk bimbingan thesis hari ini. ‘Bunga’ dan ‘Budi’ sukses menampar saya bolak-balik pagi ini dengan kegigihan mereka menggapai mimpi dengan ber’sekolah’.  Syukurlah ‘Bunga’ dan ‘Budi’ tak pernah sekalipun mencium bau sampah keluhan-keluhan saya dalam ‘menikmati’ sekolah  di Kota yang menjadi salah satu rujukan untuk fasilitas pendidikan tinggi terbaik bangsa ini. Walau saya tidak terlalu yakin apakah predikat besar  ini sepadan dengan besarnya kontribusi lulusannya untuk turut memajukan pendidikan bangsa. Kembali, andaikata ‘bau’ keluhan saya tercium ‘Bunga’ dan ‘Budi’, tentu saya bukan hanya ditampar, tapi juga ditendang dan dicacimaki. Sudah sekolah ‘lanjutan’  gratis dengan jarak tempuh 5km, berkendaraan pula,  dan berangkat dari rumah dengan perut kenyang serta pakaian bersih dan wangi,  “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” ….. sebuah pertanyaan Tuhan untuk diri saya sendiri, teman-teman serta adik-adik yang terkadang lupa bersyukur telah mampu mengenyam pendidikan layak tanpa effort  luar biasa besar seperti ‘Bunga’ dan ‘Budi’.  “Segala Puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam”….

Entah karena prolog dan niat baik di pagi hari, atau karena hari ini saya tidak lupa mengucap syukur, asistensi saya kali ini melegakan sekali.  Sangat melegakan untuk dideskripsikan dengan ‘ngebelah atmosfer berlapis-lapis meluncur bareng paus akrobatik dan dilempar ke rasi bintang paling manis’…CMIIW. :P .  Tidak berlebihan rasanya kalau bahagianya saya sandingkan dengan membuncahnya perasaan insan yang sedang  jatuh cinta ( bukan tanpa alasan, tentu karena saya pernah merasakan keduanya :P). Dan berbeda dengan jatuh cinta (sungguh tidak berniat curhat colongan), hingga detik ini meski harus jatuh berkali-kali, satu hal yang hampir tidak pernah membuat saya patah hati adalah : "belajar". 

Sedikit konklusi, hari ini saya bahagia. Bahagia dengan cerita yang tentu saja berbeda dengan kebahagiaan saya di hari-hari sebelumnya.  Satu hal yang saya yakini, bahwa kebahagiaan itu perasaan yang selalu ada di dalam hati, no matter what. Dan detik ketika kita merasa tidak bahagia adalah detik saat kita mengabaikan rasa syukur di dalam hati untuk mengejar kebahagiaan yang sesungguhnya tidak ada atau mungkin kebahagiaan yang belum menjadi hak kita. :)

Akhir kata,  penghujung hari ini saya tutup dengan menyudahi sisa teh pekat tadi pagi dengan kandungan polifenol yang tentu saja sudah hilang. Tepat di tetes terakhir saya sertakan sedikit janji bahwa esok minuman dalam cangkir tersebut akan habis sebelum antioksidannya lenyap. Dan bersyukurlah hanya zat pencegah penuaan itu yang bisa hilang setelah seduhan 3 jam pertama, kebahagiaan tak pernah dibatasi waktu. Bahkan saat nyawa tak lagi ada, bahagia masih tetap bisa diwariskan bagi nyawa hidup yang ditinggalkan.

 Maka,…tersenyum dan berbahagialah. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar