Senin, 30 Mei 2011

Refleksi dalam Secangkir Painkiller Hangat...


Terluka itu gak papa. :).

Terluka membuat saya tahu sakit itu apa, untuk kelak saya berpikir puluhan bahkan ratusan kali untuk menyakiti.

Terluka membuat segala elemen tubuh saya kompak, kompak merasakan sakitnya sekaligus kompak memikirkan cara untuk mengatasi sakitnya.

Terluka itu adil. Karena saya percaya, saya terluka karena pernah melukai. Dan saya terluka untuk membayarnya agar impas.

Terluka itu biasa. Biasa karena dengan merasakan sakitnya saya sadar kalau saya manusia biasa. Biasa karena ia terjadi hanya sekali dari sekian banyak saya berlari, melompat, dan menari. Ia bukan apa-apa dibandingkan sekian banyak pencapaian diri.

Terluka itu jeda. Terluka memberi saya ruang untuk merefleksikan diri. Terluka membuat saya berhenti sejenak, untuk selanjutnya belajar lebih berhati-hati. Terluka membuat saya bertanya, bukan pada siapa-siapa, tapi pada diri sendiri. Terluka memberi saya jeda untuk lebih memahami diri sendiri.

Terluka itu manusiawi. Toh saya lahir dengan tak sengaja melukai mama untuk selanjutnya mati sebagai jasad yang dikubur dengan melukai bumi.

Terluka itu bukan duka. Terluka ada bukan untuk diratapi. Terkadang malah tak harus diobati karena kelak toh ia akan sembuh sendiri. Tapi jika tak tahan sakitnya, sedikit dosis painkiller sah sah saja, karena saya manusia.

Terluka adalah ruang. Ruang untuk berterimakasih pada siapapun yang tetap ada saat saya sakit menahan luka, sekaligus ruang untuk meminta maaf pada siapapun yang sempat terabaikan hingga terluka saat saya lupa karena terlalu sibuk berbahagia.

,,,,,

Jadi, telah saya putuskan sejak lama untuk berdamai dengan luka dan yang melukai, karena dengan itu, Tuhan mengingatkan bahwa hidup memang selalu patut untuk disyukuri….:)



*ditulis dengan senyum,..
 serta secangkir teh manis hangat…,,salah satu dari sekian banyak painkiller saya untuk sebuah ruang yang lebih luas dari bumi, dan itu saya namakan….,,
"Hati…"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar